KISAH SANG RAKYAT (lagi)

Day 1,717, 21:41 Published in Indonesia Indonesia by neo_Ryan

Siang ini,.

G seperti siang biasanya...
Terik yg panas, memaksaku untuk membatalkan puasa

Yaa...
Kuputuskan untuk meminum es buah pak kumis langgananku


Belum ada 100 meter melangkah,
Lagi2 aku melihat ayah dan anak yg kemarin malam
Dan seperti kemarin malam, mereka berbincang2..

Naluri penasaranku pun kembali..
Sambil berpura2 mencari barang, aku mencuri dengar.........

"yaah, kok dimana2 ada kerusuhan yaa,, adik takut.."

"bukan kerusuhan dik, itu cuma cara penyampaian aspirasi rakyat saja.... " tenang sang ayah

"tp penyampaiannya kok sedikit kelewatan yaa,, coba liat sikap presiden kita.. Presiden kan jadi takut keluar kehadapan rakyat"

"hahah,, mungkin bagi pak presiden belum waktunya untuk keluar dari istana,, "


"tapi yah, kalo begini kita juga yang khawatir,, masalah negara tetangga kmrn berimas ke hubungan bilateral kita dengan negara sahabat"
"belum lagi retaknya itu mengakibatkan celah besar untuk negara samba merengsek masuk ke negara kita... Adik takut yaah.."
khawatir sang adik

Sambil tersenyum ayah menjawab "yaa, mungkin masalah kmrn secara emosional menentukan kebijakan dewan kehormatan.. Tp kita ambil positifnya aja dik,,"
"dengan keputusan ini, terlihat kalo indonesia bukan lagi negara yang 'manut-manut ae', kita negara besar yang bisa menentukan sendiri nasibnya.."

Lanjut sang ayah "selain itu, banyak rakyat kita yang menginginkan perubahan,, ini lah saatnya"

"tapi yah, kalo perubahannya kearah buruk, ngapain kita berubah?" tanya sang anak

"kalau kita tidak berani berubah, kita akan seperti ini terus.. berdoa saja, ini langkah terbaik buat eIndonesia.."
jawab ayah

"iya yah.. Adek juga baca koran 'g galau barbel melayang' kemarin.. Memang sudah saatnya kita mengambil sikap d dunia internasional"

"iya dek,, sebenernya kita itu bangsa besar,,, kalau kita menyadarinya"
"eh, sudah mau Jumatan,, ayo kita sembahyang dulu"
ajak sang ayah
.
.
.
.
.
.
.
Aku pun kembali ke rumah
Berbaring di kasur dan merenungi pembicaraan ayah dan anak tadi
Dan es buah pembatal puasa bedug ku pun terlupakan