cerbung "RAHASIA ANGSA HITAM" bagian 13

Day 1,755, 22:35 Published in Indonesia Indonesia by zbarata

[img][/img]

dilanjut sebelum kena "cekal" aturan baru Menkominfo...

[img][/img]

BAGIAN 13

RAHASIA ANGSA HITAM
by Azil Sumabrata aka zbarata

==========================


----

Selesai makan, kita segera bergerak lagi menuju Apartemen CasaGrande. Setelah memarkir motor di area parkir motor, aku dan Intan segera menuju lobby apartemen. Di dalam Lobby intan memintaku untuk menunggunya sebentar. Dia segera menuju meja Resepsionis dan berbicara dengan petugas resepsionis di situ. Kemudian si Resepsionis masuk kedalam sambil menenteng Tas Hitam yang segera di berikan kepada Intan. Intan berbalik dan melihatku, dia memberikan tanda agar aku mengikuti dia menuju lift. Aku segera berlari mendekatinya dan meminta tas hitam tersebut agar aku saja yang membawa. Intan tersenyum dan menyerahkan tas hitam itu kepada ku. Bersama – sama kami menuju lift.

Didalam unit apartemen, Intan segera merebahkan diri di sofa, terlihat dari raut mukanya dia sangat kelelahan, mungkin bukan lelah fisik tapi ketakutan dan ketegangan yang menjadi faktor utama. Aku berjalan diseberangnya dan meletakkan tas hitam diatas meja tamu. Aku segera berselonjor di bawah menghadap meja tamu, aku mencari – cari coret – coretan yang pernah aku buat. Seingat ku aku membuatnya di meja ini.

“cari apa Zuk?”

tanya Intan penasaran melihatku celingak – celinguk mencari kertas coretan ku.

“coretan alternatif kombinasi angka yang aku buat.”

Jawabku sambil terus mencari di sekitar itu. Bukan kertas yang aku cari dapatkan, tapi sebuah photo album yang diletakan di bawah meja tamu.

“itu diatas meja kerja ku, kemarin aku pindahkan ke sana”

jawabnya sambil menunjuk meja kerjanya. Posisi Intan tidak berubah. Aku segera berdiri dan bergerak ke arah meja kerja. Aku segera mengambil catatan yang aku buat, ketika aku akan kembali ke ruang tamu, aku melihat Water dispenser. Aku berinisiatif untuk mengambil minum untuk diriku dan Intan.

Aku meletakkan gelas untuk Intan didepannya dan kembali ketempatku berselonjor sambil meminum air minum jatahku. Intan memandangku dan berkata
“terima kasih Zuk…”
aku hanya mengangguk sambil tersenyum dan kembali memperhatikan catatan

“Zuk, istirahat dulu lah…”
Intan berkata dengan lembut sambil mengangkat gelas dan meminumnya. Aku merenggangkan badan dan bergeser naik keatas sofa. Akhirnya kita duduk saling berdiam diri. Ku lihat Intan terus menatapku dengan mata yang sudah sangat sayu kelelahan.

Bosan dengan kondisi sunyi itu aku menunjuk photo album yang kini posisinya sudah diatas meja sambil memandang Intan meminta persetujuannya bahwa aku ingin melihat – lihat. Intan tersenyum dan mengangguk kan kepala sambil menepuk sofa disebelahnya meminta aku untuk duduk disebelahnya. Aku mengambil photo album sebesar A3 itu dan berpindah ke sebelah Intan.

Aku duduk tidak jauh dari Intan duduk dalam sofa yang sama, aku tidak berani terlalu dekat untuk duduk dekat dia aku harus tetap sadar diri siapa aku dan siapa Intan. Aku mulai membuka photo album tersebut. Kulihat foto – foto masa kecil dan remaja Intan
“itu foto waktu aku lulus SD”
ternyata tanpa aku sadari Intan sudah bergeser sangat dekat dengan ku. Sambil berkata dia tumpu-kan kepalanya dengan beralaskan tangannya diatas pundakku ikut melihat ku melihat – lihat Photo album tersebut.

“ternyata waktu SD kamu culun ya”
goda ku dia mendorong kepalaku pelan dengan kepalanya. Akhirnya kita saling menggoda sambil terus membuka halaman demi halaman sampai akhirnya sampai di satu halaman di mana terdapat satu foto ukuran besar memenuhi seluruh halaman. Aku menengok ke Intan kulihat matanya berair melihat foto itu. Dalam foto itu terdapat Pak widagdo di sebelah kanan dengan tangan kiri memeluk ibunya Intan dan ibunya intan memeluk Intan, sedangkan tangan kanan pak Widagdo menyilang di depan badan ibunya intan memegang balon merah berbentuk hati. Latar belakang foto itu adalah Fantasi Castle di Disneyland Amerika Serikat.

“ini foto terakhir kami berlibur sebelum mama masuk rumah sakit”
kata Intan sambil menghapus air matanya
“yang foto Om Jalal” lanjutnya.
Aku segera memeluk Intan
di bawah foto itu tertulis

Papa Love Mama & Intan

“om Jalal juga simpan foto ini di rumahnya, katanya dia iri dengan kebahagiaan kami, jadi dia simpan untuk memotivasi dia membahagiakan keluarganya katanya”
Intan tersenyum mengingat masa itu.
Tiba – tiba aku seperti di sambar petir, aku teringat ucapan polisi yang menginterogasi aku tadi pagi:

“….bikin aja surat pakai kode yang Cuma pacar kamu yang tahu, seperti saat – saat kalian jalan bareng, nah ada apa dari situ yang bisa di jadiin kode…”

Aku langsung merasa bahwa, foto ini kodenya. Aku langsung melepas pelukan ku dan berdiri sambil berusaha keras berpikir bagaimana mengkonversi foto tersebut ke dalam angka – angka…

Melihat tingkahku yang mendadak aneh, Intan terkaget – kaget
“ada apa Zuk, ada yang salah… maaf kalau aku keterlaluan …”
rupanya Intan merasa berdirinya aku mendadak karena aku jengah di peluknya
aku berbalik memandangnya dan tersenyum
“bukan.. bukan itu, siapa sih yang nggak mau dipeluk gadis cantik seperti kamu…”
jawabku tanpa berpikir panjang atas ucapanku, karena otakku sibuk memikirkan bagaimana memecahkan rahasia itu. Intan tertunduk malu, mukanya langsung menjadi merah jambu.

Terus terang karena tuntutan pekerjaan dan jabatannya dia memang harus selalu menjaga citra dirinya. Sampai – sampai dia mendapat julukan Putri Salju di kantornya dan sempat mendengar rumors di kantor bahwa Intan penyuka sesama. Tapi semua itu dia anggap angin lalu. Sekarang didepan dia ada orang yang dengan lugas menyatakan perasaannya. Walaupun bukan kata – kata cinta tapi cukup membuat Intan yakin bahwa dia adalah wanita normal.

“terus kenapa…”
Intan mencoba mencari jawaban dari tindakan ku tadi.
“Intan, sepertinya foto itu jawaban kunci kombinasinya. Pak Widagdo eh papa mu juga menyimpan foto ini?”
tanyaku mencari penjelasan.
“iya, tapi papa mengecilkannya dan menyimpan di dompetnya, kalau nggak salah…” jawab Intan.

Tambah kuat dugaan ku foto ini menjadi kunci dari rahasia nomor kombinasi tas hitam di hadapanku ini. Semua orang yang terkait mempunyai foto ini sehingga dengan mudah orang – orang ini dapat memecahkan kode yang tersembunyi. Belum lagi pak Jalal merasa foto ini sangat berharga bagi dirinya.

Aku langsung duduk bersila di depan catatan ku dan mulai menulis. Lamat – lamat dari sudut mataku Intan mendekatiku dan duduk bersimpuh dekatku. Udara hangat, hembusan dari nafasnya terasa di pipiku belum lagi wangi Channel #1 memaksa masuk kedalam hidung ku.
Menurut teori kode sederhana yang aku dapat dari novel – novel teori konspirasi adalah tinggal menkonversikan huruf dengan angka. Segera aku buat tabel sederhana:

[img][/img]

Intan makin mendekat, penasaran melihat apa yang sedang aku kerjakan, bahkan pipinya sudah nyaris menyentuh pipi ku.
Aku mulai mencoba memasukan urutan angka yang telah sebelumnya aku buat:

90 31 21 61
-- -- U --
I- CA BA FA

61 21 31 90
-- U -- --
FA BA CA I-

16 12 13 09
P L M I
AF AB AC -I

09 13 12 16
I M L P
-I AC AB AF


Aku mencoba berasumsi perubahan hanya terjadi dengan pembalikan angka saja baik keseluruhan maupun unit per unit. Aku tahu pemikiran ini berisiko tapi aku mengandalkan intuisi ku saja. Ku ambil album foto itu dan aku coba menganalisa foto tersebut.

Intan menepukku dia menunjukan muka bertanya dan minta penjelasan dari ku mengenai apa sedang aku kerjakan.
Aku tersadar bahwa aku belum menjelaskan apa yang aku kerjakan. Aku terlalu sibuk dengan pikiran ku sendiri. Aku putar badanku menghadap Intan dan menjelaskan apa yang aku lakukan dan mengapa aku melakukan. Intan merasa tegang karena bersemangat setelah mendengar uraian ‘bodoh’ ku ini. Dia langsung membuka pelapis foto itu dan mengeluarkannya kemudian dia menyimpan album foto itu kebawah meja.

Kami berdua melihat foto yang diletakan Intan diatas meja itu. Tiba – tiba Intan berdiri dan berlari kecil kearah meja kerjanya. Dia mengambil sesuatu dari laci meja kerjanya dan segera kembali ke tempat ku bersila. Ternyata dia mengambil kaca pembesar
“mungkin ini bisa dipakai Zuk” jelasnya.
Selesai berbicara dia langsung menunduk mengawasi foto tersebut dengan menggunakan kaca pembesar.
Aku sendiri bersender ke sofa sambil memegang catatan ku. Pikiran ku melanglang buana mencoba mencari jawaban.

Setelah beberapa menit Intan juga bersandar ke sofa, rupanya dia menyerah tidak menemukan petunjuk satupun di dalam foto itu. Dia meletakkan kaca pembesarnya tepat diatas foto. Dia menghela nafas merasa putus asa.
Aku melihat Intan yang terlihat lelah, dari sudut mataku aku melihat foto tersebut yang ditindih oleh kaca pembesar. Spontan aku tenganga melihat apa yang ada didepan mataku, melihatku menganga Intan menjadi penasaran
“kenapa Zuk…” tanyanya.
Aku menunjuk ke arah foto. Intan seketika itu juga langsung melihat foto tersebut

[img][/img]


DILANJUT KE BAGIAN 14
==========================================================================

Maaf rada sedikit lebih panjang... terus terang ane masih belum nyelesaiin akhir nya jadi... mohon bersabar ya (atau ada masukan...?)

==========================================================================

PEDULI AMAT DENGAN POLITIK
TANPA MELIHAT PERBEDAAN
HANYA SATU TUJUAN...
...............................
BERJUANG BERSAMA
MENUJU KEJAYAAN NUSANTARA...!!!


zbarata
http://www.erepublik.com/en/citizen/profile/6226402