cerbung "RAHASIA ANGSA HITAM" bagian 11

Day 1,750, 22:05 Published in Indonesia Indonesia by zbarata

[img][/img]

walaupun vote di sebelumnya di bawah 10 🙁 ... jalan terus deh...
2 hour before eIndonesia President Election...


[img][/img]

BAGIAN 11

RAHASIA ANGSA HITAM
by Azil Sumabrata aka zbarata

==========================

PETAK UMPET…


Sampai didepan ruangan Intan aku segera mengetuk pintu.
“Marzuki?” Terdengar suara lirih dari dalam.

“Iya mbak, saya Marzuki”
setelah sunyi dan terdengar suara kunci di buka dan pintu di buka.

Begitu Intan melihatku, dia langsung menghambur ke dalam pelukan ku, kaget aku mendadak di peluk makhluk cantik, dan ternyata bukan hanya aku yang kaget, tapi juga beberapa staf yang ada didekat situ, sampai – sampai mereka terhenti kegiatannya.

Intan segera menarikku ke dalam ruangannya yang sangat besar, kembali dia memeluk ku tapi kali ini sambil menangis.
“tenang mbak, ada apa…” kataku mencoba menenangkannya
“Zuk, mereka tahu, mereka tahu…”

aku jadi tambah penasaran
“apa yang mereka tahu dan siapa mereka?” tanyaku mencoba selembut mungkin.
Intan melepaskan pelukannya dan menunjuk tempat sampah.

Aku segera melangkah ketempat sampah dan melihat isinya, sedangkan intan segera kembali ke sofa dan duduk sambil tatapannya tidak lepas dari aku. Aku melihat sebuah kotak panjang. Perlahan aku angkat kotak itu dan membukanya. Aku terkejut melihat isi kotak itu. Aku ambil catatan yang ada disitu dan mengambilnya sedangkan kotak nya aku kembalikan ke tempat sampah. Aku berbalik menghadap Intan sambil membaca pesan singkat di catatan tersebut.

“Bagaimana Zuk…”

Intan bertanya pendapatku mengenai paket yang dia terima tersebut. Membaca catatan itu aku tersadar bahwa pak Jalal bukan bunuh diri, tapi dibunuh. Mengetahui hal itu aku jadi merinding ngeri.

“kita harus bagaimana Zuk?”

Tanya Intan lagi memaksa pendapatku.

Pikiran ku langsung melayang memikirkan hampir semua Novel – novel teori konspirasi yang pernah aku baca dari mulai karangan Dan Brown hingga Rizky Ridyasmara, mencari apa yang akan dilakukan si tokoh jika menghadapi suasana seperti ini. Saat membaca novel – novel tersebut ingin rasanya aku menjadi si tokoh dan selalu memiliki semua solusi yang sebaiknya dilakukan si tokoh, tapi begitu sekarang saat aku benar – benar mengalaminya, pikiranku benar – benar buntu.

Aku menarik napas panjang sambil menimang – nimang catatan tersebut. Aku melihat Intan. Intan sedang menatap ku berharap jawaban dari ku. Tiba – tiba terdengar suara paging dari telepon di meja kerjanya Intan. Intan segera bangkit dan langsung menekan tombol speaker

“ya…?”, tanyanya.

“maaf Miss, saya Leni, saya mau Tanya, saya perlu sediakan minum untuk tamu Miss?”

terdengar suara wanita dari seberang.
“Intan menatapku sambil dengan bahasa tubuh menanyakan ku, aku menggeleng.

“tidak usah…” jawab Intan
“kalau untuk Miss…?” Tanya Leni lagi.

“nggak – nggak usah. Oh ya, Tolong Leni, tahan semua telepon dan tamu yang cari saya. Saya minta tidak diganggu dulu, Ok?”

perintah Intan kepada Leni.
“Baik Miss…”.
Intan langsung memekan tombol memutuskan pembicaraan itu. Kembali Intan menatap ku dengan tatapan bertanya

“so…?” tanyanya lagi.

Aku menunjuk sofa meminta izin untuk duduk, Intan mengangguk memberikan persetujuan. Aku segera duduk dan berkata
“bisa ceritakan sedikit kejadiannya nggak Miss eh mbak…” tanyaku.

Kaget aku melihat Intan mendelik kesal kearahku

“INTAN”

jawabnya ketus

“BUKAN, Miss, bukan Ibu, bukan juga Mbak tapi INTAN” lanjutnya

“eh maaf Intan, bisa ceritakan ke aku kenapa bisa ada dikantor?”
jawabku merasa menyesal serta mengulangi kembali pertanyaan ku.

Intan menghampiriku dan duduk di sampingku, badannya menghadap ku. Aku ikut memutar tubuh menghadap dia. Dia mulai bercerita dari dia menerima SMS yang memintanya datang ke kantor hingga di meneleponku.

Aku mendengarkan Intan bercerita sambil berpikir keras tindakan yang harus aku lakukan. Aku tidak boleh mengecewakan apalagi membahayakan Intan pikirku dalam hati.

“aku harus membantunya” tekad ku.

Selesai dia bercerita, Intan menatapku tajam menunggu jawaban dari ku. Aku diam membisu pikiran ku melayang – layang mencari solusi yang tepat.

“Hey… why you looking at me like that…” Intan menepuk ku.

Aku tersadar ternyata saat aku berpikir mataku menatapnya tajam. Terus terang aku tidak sadar karena sebenarnya aku sedang konsentrasi dengan pikiran ku untuk menemukan jalan keluar dari masalah ini. Aku melihat wajah Intan merona merah jambu malu merasa diperhatikan ku.

“oh sorry,I don’t mean it…” jawabku.

Terlihat Intan cukup kaget mendengar jawabanku
“are you speak English…?” Tanya lagi
“Little – little sih I can” jawabku.
Intan tertawa mendengar jawaban ku, untunglah dia sudah merasa tenang sekarang.

Aku mencoba menganalisa kejadian yang dia ceritakan kepadanya. Aku mencoba menganalisa bahwa kelihatannya si ‘mereka’ itu tidak tahu tempat tinggal Intan, tapi ‘mereka’ tahu dimana Intan bekerja dan nomor HPnya. Itu yang membuat mereka terlebih dahulu memancing Intan untuk pergi kekantor sehingga ‘mereka’ bisa mengintimidasi Intan.

Intan secara seksama mendengarkan teori ku ini.
“ada kemungkinan mereka akan mengikuti kamu Tan untuk tahu rumah kamu”. Kataku melanjutkan teori asal – asalan ku.
Intan tertegun mendengar dongengku
“mungkin juga, aku memang merahasiakan di mana aku tinggal, Company Policy” ujarnya
“semua orang tahunya aku tinggal di Sahid Apartment. Itu makanya kenapa saya kaget kamu bisa mengetahui alamat aku sebenarnya”
jawaban Intan yang sudah mulai ber aku – aku dengan ku.

Rupanya dia sudah menanggalkan semua formalitas yang ada selama ini jika berbicara dengan ku.
“jadi kita harus bagaimana Zuk?” lanjut Intan.
Tiba – tiba aku mendapat ide,
“yang pertama kita harus keluar dari sini dulu”
“tadi didepan sih tidak ada orang, jadi kayanya ‘mereka’ akan menunggu di lobby atau di tempat parkir. Kamu parkir dimana?” Lanjutku.

“aku parkir di basement” jawab Intan.
“oke begini rencana kita…”
aku menceritakan rencanaku kepada Intan.
Intan mendengarkan dengan seksama penjelasan rencanaku. Dia tersenyum setelah mendengar seluruh rencanaku.
“ada bakat jadi Spy kamu Zuk” katanya
“belajar dimana…?
Tanyanya penasaran karena Intan merasa rencana itu sangat cerdas.
“Cuma dari novel aja kok Tan…” aku menjawab.
Dia tersenyum lagi
“oh iya… aku baru ingat… kita bisa minta tolong pak Amir untuk menjalankan semua rencana ini, kenapa aku tadi tidak kepikiran ya”.

Segera dia bangkit menuju telepon dan menghubungi resepsionis
“halo ini siapa…, Len, tolong panggil pak Amir, suruh dia keruangan saya, segera!”
selesai memberi perintah Intan segera menutup telepon dan kembali duduk di samping ku.

Aku bertanya kepada Intan apakah Pak Amir ini dapat di percaya. Intan mengiyakan bahwa pak Amir ini dapat dipercaya. Intan bercerita sekilas siapa pak Amir ini. Rupanya beliau merupakan kepercayaan papanya pak Widagdo. Intan membawanya ke Kantor ini sebagai supir pribadi, tapi karena Intan lebih senang mengendarai sendiri maka pak Amir ditugaskan di Kantor sebagai supir jika Intan harus keluar menemui client.

Tidak lama setelah selesai Intan bercerita terdengar suara ketukan di pintu.

“siapa..”

Tanya Intan sedikit berteriak
“Saya Amir bu” jawaban dari balik pintu.
“masuk pak…” jawab Intan.
Masuk seorang Bapak tua baya kira – kira berumur 60 an

“ada yang bisa saya bantu bu”
tanyanya setelah dia berdiri didepan kami.
Intan memandang aku dan berkata
“Zuk tolong ceritakan rencana kita” pintanya.
Aku menatap tajam ke Intan memastikan bahwa pak Amir benar – benar dapat dipercaya. Sepertinya Intan memahami maksud dari tatapan ku.
Dia mengangguk memberikan kepastian yang aku minta. Setelah yakin, aku mengajak pak Amir ke pojok ruangan dan menceritakan secara singkat keadaan yang terjadi serta rencanaku tadi.

Aku melihat raut muka pak Amir tidak menunjukan ekspresi apa – apa, Rupanya dia sudah sering mengalami kondisi seperti sekarang ini saat dia menjadi supir merangkap ajudan pak Widagdo. Selesai mendengar cerita dan rencanaku dia mengambil ranselku, membalikkan badan, mengangguk dan tersenyum hormat kepada Intan. Dia segera ketempat sampah dan mengambil kotak terkutuk itu. Dia berkata
“jangan tinggalkan bukti bu, paket ini saya bawa, saya tunggu di Basement bu” lanjutnya.
Intan pun memberikan kunci New Camry nya kepada Pak Amir. Pak Amir menerima nya Dia membungkuk memberi hormat kepada Intan dan sebelum dia menuju pintu, dia menghampiri aku dan berbisik
“tolong jaga nona Intan, hati – hati ya dik”
setelah itu dia langsung keluar ruangan. Ok step pertama sudah selesai pikir ku.

Setelah menunggu beberapa menit memberikan kesempatan kepada pak Amir untuk mempersiapkan rencana kedua di Basement, aku segera berdiri dan mengajak Intan untuk keluar ruangan. Intan Terlihat sedikit menggigil ketika berdiri, segera aku merangkul pundaknya dan kita keluar ruangan bersamaan. Di luar ruangan Intan tambah merapatkan tubuhnya ke aku. Dengan diiring pandangan dari seluruh staf di kantor itu, juga termasuk resepsionis Santi dan Leni, kami menuju Lift VIP.

Didalam Lift saya menekan tombol Basement dan lantai 1. Intan menatapku, ketika tatapan kita bertemu Intan tersenyum dan berkata
“mudah – mudahan berhasil ya Zuk…” katanya berharap
“kita berdoa saja ya Tan” jawabku menenangkannya.

Ting… bunyi suara Lift ketika sampai di lantai 1, begitu pintu lift terbuka, aku segera keluar. Aku membalikkan badan dan melambai ke Intan. Intan membalas lambaian ku hingga akhirnya pintu Lift VIP itu kembali menutup. Aku segera berlari menuju lift umum. Untung Lift itu langsung datang sehingga aku tidak harus menunggu lama. Didalam terdapat beberapa orang 2 orang wanita dan 3 orang pria. Sekilas aku melihat name tag yang tergantung di dada mereka, aku merasa sedikit tenang karena mereka ternyata karyawan di salah satu perkantoran tersebut.

==========================================================================

PEDULI AMAT DENGAN POLITIK
TANPA MELIHAT PERBEDAAN
HANYA SATU TUJUAN...
...............................
BERJUANG BERSAMA
MENUJU KEJAYAAN NUSANTARA...!!!

zbarata
http://www.erepublik.com/en/citizen/profile/6226402


Note: for my Sub from Overseas... please use Google translate...