[Independent Writers] BAG. 3 cerbung "RAHASIA ANGSA HITAM"

Day 1,722, 05:28 Published in Indonesia Indonesia by zbarata




BAGIAN 3

RAHASIA ANGSA HITAM

by Azil Sumabrata aka zbarata

“TUNGGU…!!!”.
Kayanya hari ini tampangku lagi enak di teriakin, sudah 2 kali orang teriak – teriak ke aku …

Reflek aku melihat kearah sumber teriakan. Terlihat seorang gadis manis berkulit putih dengan pakaian bisnis lengkap berdiri tidak jauh dari meja resepsionis. si syal biru langsung menyapa
“selamat siang bu Intan”.
Oh ini ibu Intan, cantik juga kataku membatin.

“tolong anda ikut saya, bawa tas hitamnya” perintahnya kepada ku

“Baik bu…”
jawab ku sambil mengambil lagi tas hitam yang telah aku letakan di meja reception.

Kami menuju lift, bu Intan segera menempelkan kartu aksesnya dan saat itu juga Lift terbuka. kami segera masuk kedalam lift. Tidak ada orang lain yang ikut di dalam lift itu. Di dalam Lift aku mencoba membuka percakapan
“bu Intan? Bu ini ada titipan dari pak…”
dia berbalik dan menunjukan ibu jarinya didepan bibirnya yang mungil menandakan saya harus diam. Ya sudah aku nurut saja.

Sampai di lantai 11 dia segera berlari menuju ruangan 1120 dan segera melambaikan tangannya memanggil aku untuk bergerak lebih cepat lagi. Dengan penuh kebingungan aku ikuti lambaiannya dan akhirnya juga berlari.

Baru saja aku masuk ke dalam ruangan, dia langsung mendorong aku ke tempat duduk di samping pintu dan langsung memberondong ku dengan pertanyaan – pertanyaan
“siapa anda?”, dimana kamu kenal pak Widagdo, apa yang anda bawa?, kenapa anda mencari saya?, darimana anda tahu alamat saya?”
serbuan pertanyaan yang diajukannya sambil berjalan mondar – mandir didepan ku,

“woi bu tunggu dulu… saya Cuma supir taksi yang ditumpangi pak Widagdo, sebelum beliau kabur ninggalin tas dan catatan”,
aku mencoba menjelaskan

“Kabur? Bagaimana bisa... dia kan di dalam taksi, ya kan? Bagaimana ceritanya”
Tanya nya bingung.
Terpaksa saya menceritakan semua kejadian yang saya alami dari mulai pak Widagdo menerobos masuk taksi, melompat keluar hingga keapartemennya pak Jalal dan akhirnya saya berada disini

“Kasihan om Jalal dia…, tapi nggak nyangka papa masih inget capoieranya” gumam nya.

“maaf bu, sebenarnya ada apa sih” Tanya ku penasaran.

“oh ya… pertama jangan panggil saya Ibu, Maaf kalau tadi saya kasar”
ujarnya sambil berjalan ke sebuah meja besar yang diatasnya terdapat sebuah Laptop terbaru.

“kalau mau minum ambil sendiri ya” teriaknya dari balik Laptopnya.
sebenarnya sih lapar, tapi yang ditawari Cuma minum ya apa boleh buat, aku membatin.

Baru aku mulai berdiri untuk mengambil minum tiba – tiba Intan memanggil
“Tolong tas hitam nya dibawa kesini”,

”batal deh ngambil minumnya”
gerutu ku dalam hati sambil berjalan membawa tas hitam tersebut menuju meja Intan. Setelah aku serahkan tas tersebut dia langsung menunjuk kursi di dekatnya yang artinya saya harus duduk disitu, kapan minumnya nih… sungut ku sekali lagi dalam hati.

“wah ke kunci nih, Papa eh maksud ku pak Widagdo tidak nitip nomor kombinasinya ke kamu?”
tanyanya kepada ku tanpa mengalihkan perhatiannya dari tas hitam itu. Reflek aku menggelengkan kepala

”wah sudah berubah nih dari anda ke kamu…”
pikir ku sampai akhirnya dia menengok kearah ku
“bagaimana… dititipi nomor kombinasi nggak?”
baru aku sadar bahwa dia tidak melihatku saat aku menggeleng

“eh… nggak tuh, pak Widagdo Cuma ninggalin surat ini”
jawabku salah tingkah di lihat oleh wanita cantik sambil mengeluarkan amplop yang ditinggalkan di taxi. Intan segera mengambil amplop tersebut dan membukanya. Sekilas dia sempat kaget tapi setelah membaca catatan yang berada didalam amplop, dia segera tersenyum manis.

“Marzuki, saya ambil catatan saja ya uangnya bisa kamu simpan…”.
alamak… aku kasih amplopnya lengkap dengan uang - uangnya

“eh … iya mbak… m terima kasih”
jawabku gugup sambil menerima uang dari Intan dan segera memasukan nya ke dalam tas pinggang.

“ jadi bagaimana ya… saya tidak punya nomor kombinasinya…, masa harus dirusak sih…”
Intan berbicara sendiri dan berpikir keras untuk dapat memperoleh cara untuk membuka Tas Hitam itu.
aku Semakin risih karena hanya berdiam diri akhirnya aku memberanikan diri untuk izin pulang. Intan hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dia memberikan kartu namanya sambil berkata jika aku membutuhkan sesuatu jangan sungkan - sungkan menghubunginya. Setelah bersalaman aku segera menuju lift. Sambil menunggu Lift saya memperhatikan kartu nama yang diberikannya.

Bersambung....

===========================================================================

PEDULI AMAT DENGAN POLITIK
TANPA MELIHAT PERBEDAAN
HANYA SATU TUJUAN...
...............................
BERJUANG BERSAMA
MENUJU KEJAYAAN NUSANTARA...!!!


zbarata
http://www.erepublik.com/en/citizen/profile/6226402