Fenomena Pemilu

Day 894, 02:26 Published in Indonesia Indonesia by psy_cho

Bila kita amati dengan baik, maka terdapat siklus musiman di erepublik. Tiap sebulan sekali, di media masa akan kita dapati banyak artikel "kontroversial" yang mungkin bagi kebanyakan orang bertentangan dengan akal sehat, keras, kasar dan cenderung menghujat seseorang atau salah satu golongan.

Uniknya lagim fenomena ini timbul mendekati Pemilu atau Pilcong. Sehingga banyak yang menyimpulkan, kontroversi itu hanya untuk mencari simpati, dukungan massa agar golongan tersebut mendapatkan suara yang banyak ketika Pilcong atau Pemilu.Kemunculan fenomena ini membuat penulis membuat hipotesa mengenai alasan kelompok dibelakang layar yang sering mengeluarkan statement yang kontroversial.

1. Pencari Dukungan
Kelompok ini mencari dukungan untuk memenangkan tujuannya dalam Pemilu atau Pilcong. Baik dengan meloloskan anggotanya menjadi anggota kongres atau menggolkan calon pilihannya untuk menjadi eRI-1.



2. Penjaga Kegelapan
Bila pembaca pernah melihat film Batman : The Dark Knight. Terdapat pertentangan didalam sang tokoh utama Batman (Bruce Wayne). Pada satu sisi dia adalah sang pembela kebenaran, pembasmi kejahatan. Sosok yang mencintai kota yang dilindunginya Gotham City dan sekaligus tokoh antagonis bagi beberapa orang karena sikapnya dan tidak mengikuti norma-norma yang berlaku di masyarakat pada umumnya serta yang suka main hakim sendiri.



Pada ending film itu sendiri diperlihatkan bahwa Batman mengambil tokoh sebagai penjahat, orang yang akan selalu dicaci oleh kebanyakan orang dengan menutupi fakta bahwa teman seperjuangannya Jaksa Harvey Dent telah berubah menjadi jahat. Hal ini dilakukan karena Harvey Dent adalah lambang dari keadilan. Harapan bagi kebenaran yang tidak boleh jatuh.



Dalam kasus di erepublik, penulis merasa bahwa terdapat kelompok yang dengan sukarela menjadi pihak yang dibenci. Menjadi pihak yang selalu dicela karena jalan menjadi "Penjaga Kegelapan" adalah pilihan mereka. Sebuah jalan yang terjal dan dijamin akan selalu melekat pada statusnya di dalam erepublik.




Let's face it, kita membutuhkan dinamika agar suasana di erepublik lebih hidup. Kita membutuhkan intrik dan konflik agar terdapat daya tarik bagi pemain tetap bermain di erepublik. Ketika NA invasion, perang WSR 1 dan WSR 2 adalah masa ketika perasaan kita diaduk-aduk dan adrenalin kita serasa dikuras habis. Kita membutuhkan sesuatu untuk merangsang kita tetap bermain erepublik.

Jalan ini dipilih karena jalan ini merupakan suatu cara cepat diperhatikan. Sebuah analogi yang tepat adalah bila ingin masuk TV maka korupsilah. Maka seluruh media masa akan memperhatikanmu. Tentu saja yang dilakukan oleh kelompok tersebut bukanlah kejahatan, namun suatu cara mendobrak tradisi atau kebiasaan cara berpikir atau berpendapat didalam masyarakat.

Harus kita sadari bahwa senioritas di dalam eIndonesia masih melekat kuat. Suara seorang yang baru bergabung 4 bulan akan dianggap kurang berbobot daripada senior yang telah bergabung 1 tahun (Penulis tidak menganggap bahwa senioritas itu buruk). Cara ini menjanjikan sebuah cara cepat diperhatikan sehingga mempermudah sang pelaku untuk membagi ide-idenya.

Namun terdapat efek samping yang sangat berbahaya untuk cara ini (segala cara yang instan ada efek samping yang berbahaya). Yaitu ketika metode lebih diprioritaskan dibandingkan hasilnya. Artinya ketika isu-isu yang dilontarkan melenceng dari tujuan semula dan justru membuat perbedaan semakin jelas. Akhirnya yang terjadi adalah perpecahan didalam kota tersebut.

Terdengar selentingan berita bahwa terdapat kanibalisme dalam erepindo. Ketika teman sejawat melaporkan temanya yang lain untuk di banned. Ini adalah suatu fenomena dimana kita telah mencapai suatu titik kritis (apabila selentingan itu benar). Dimana cara perbedaan memandang suatu permasalahan menjadi pikiran utama dan bukanya menjadi alat untuk memecahkan masalah.
Ketika kita sebagai suatu bangsa menghadapi perpecahan internal.



Jangan sampai negara ini terpecah karena kepentingan sesaat dan kepentingan gologan. Jangan sampai negara ini kehilangan lagi General dan FM nya. Apabila tren pengurangan FM dan General ini berlanjut, kelak dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan, Java akan menjadi negara bagian eASU.

Yang jauh mendekat yang dekat merapat. (bumi langit, 2010)
Hail Indonesia