[ I'm INDEPENDENT WRITERS and I'm Proud ] BAG. 8 "RAHASIA ANGSA HITAM"

Day 1,729, 21:31 Published in Indonesia Indonesia by zbarata


NARSIS DIKIT...
2nd Prize Winner
INDEPENDENT WRITERS CONTEST




BAGIAN 8

RAHASIA ANGSA HITAM
by Azil Sumabrata aka zbarata


==========================

INTEROGASI

Sesampainya aku di kantor pusat dibilangan jalan Sudirman, aku langsung menuju Kantor Pusat di lantai 19. Setelah mengisi buku tamu di receptionist aku langsung menuju ruang HRD dan Personalia. Aku mengetuk ruangan Bu Merry, tapi tidak ada jawaban. Aku intip sedikit ternyata ruangan kosong. Bingung harus apa akhirnya aku melihat sekretaris Bu Merry, Diana yang baru kembali dari ruang rapat.
“Zuki, ditunggu di ruang rapat, cepat semua sudah disana…”. Ujarnya.

“lah kamu sendiri kok keluar cantik…“aku mencoba menggodanya.

“aku disuruh nunggu kamu disini. Tapi ya sudah kamu sudah datang cepetan ke sana!”
perintahnya sambil membalikkan mukanya menutupi merah di mukanya.

“Oke cantik…”
jawab ku masih mencoba menggodanya. Kapan lagi bisa menggoda orang kantor pusat pikir ku. Segera aku berlari kecil ke ruang rapat. Dari balik jendela kaca aku melihat
Bu Merry Einmeyer: HRD & Personalia Manager,
Frans Sitompul: Kepala Pool aku, dan
Armeni alias Meni: operator Radio pool.
Lalu masih ada 2 orang lagi yang aku tidak mengenalnya yang satu jangkung dan yang satu lagi berkumis tebal.

Pelan – pelan aku mengetuk pintu ruang rapat dan melongokkan kepalaku ke dalam
“maaf bu terlambat, siang pak Frans…”
sapa ku mencoba untuk sopan.

“nah itu dia Marzukinya sudah datang…”
jawab bu Merry sambil tangannya menyuruhku masuk.
Ku lihat pak Frans juga menyuruhku untuk segera menutup pintu dibelakangku.

“begini Zuki, bapak – bapak ini dari kepolisian, mereka sedang mencari keterangan terkait meninggalnya hmm siapa pak…?”
Tanya bu Merry kepada ke dua orang didepannya.
“Jalaludin Nasution SH…” jawab si kumis tebal.

“nah itu… katanya beliau ketinggalan tas di taxi kamu, terus siapa yang terima telepon dari pak Jalal?”
Tanya Bu Merry ke Frans
“Lastri bu. Sulastri, operator pengaduan…”
jawab pak Frans.
“oh ya Lastri nya mana tidak kamu suruh hadir Frans?”
Tanya bu Merry lagi
“kebetulan kemarin itu hari terakhir dia bekerja bu… dia mengundurkan diri ikut suaminya ke Makasar. Tadi saya hubungi dia sudah di Makasar, naik pesawat kemarin malam bu”
jawab pak Frans.

“Tidak apa – apa bu, nanti tim kami di makasar yang akan mencari keterangan dari dia”
sekali lagi si kumis tebal menjawab.

“ok kalau begitu, terus dari Lastri diberi ke Meni untuk di paging kan ke Marzuki ya…”
Bu Merry melanjutkan bicaranya sambil menengok kearah Meni
“ii,,iya bu saya langsung paging kan ke Pit.. eh Marzuki”
jawab Meni gugup. Saya melihat Meni pucat pasi, mungkin karena dia belum pernah berurusan dengan yang berwajib jadinya dia gugup.

“saya rasa bu urusan dengan Lastri dan Meni mungkin lebih simple, pasti semua tercatat dalam Log kerja kan?” Tanya si jangkung.
“iya pak semua lengkap tercatat” jawab pak Frans.
“Kalau begitu nanti kami minta izin Ibu untuk dapat melihat Log tersebut, Bagaimana?” Tanya si Jangkung lagi.
”Boleh – boleh, tolong Frans dibantu ya..”

“siap bu…” jawab Frans.

“Nah bu yang tidak ada lognya adalah saat… Marzuki kan, menyerahkan Tas itu ke pak Jalal almarhum benar?”
si jangkung berbicara sambil menatapku. Tatapan si jangkung terasa menusuk tajam ke hati saat dia melihat kepada ku. Belum sempat aku menjawab si jangkung sudah bicara lagi kepada Bu Merry

“kalau diizinkan bu, boleh kami ditinggal bersama Marzuki sendirian di ruangan ini?”.

“oh boleh silahkan pak, by the way, mau minum apa pak?”
Tanya bu Merry sambil berdiri dan bergerak menuju pintu.

” air putih saja cukup bu, terima kasih”
jawab si Kumis sambil membungkuk hormat ke bu Merry.

“ayo pada keluar, Frans tolong disiapkan apa saja yang tadi diminta bapak – bapak petugas ini’
perintah bu Merry kepada Frans dan Meni.

“Waduh, alamat di interogasi nih”
hati kecil ku berkata.
Frans berjalan kearah ku . melihat Frans berjalan kearahku langsung aku berpikiran jelek
“bakalan marah nih dia…” pikir ku.
Frans menepuk pundak ku dan membungkuk, dia berbisik
“kalau mereka macam – macam lapor saya ya…”
kemudian dia menengok ke arah ibu Merry yang telah berada di pintu.
Aku pun segera menengok ke bu Merry. Bu Merry tersenyum dan menganggukan kepalanya sebagai tanda persetujuannya.
Sekali lagi Frans menepuk pundakku dan berjalan keluar.
Ternyata dibalik kegarangan mereka ada rasa setia kawan. Aku menjadi terharu atas dukungan mereka.

Si jangkung segera menutup pintu begitu semua sudah keluar. Diapun menutup Krey putih sehingga orang – orang tidak bisa lagi melihat kedalam. Sedangkan si kumis mengambil duduk tepat disebelahku.

“jangan takut, ini hanya formalitas, kami tidak mencurigai saudara, kami hanya berusaha mengumpulkan keterangan untuk memperkuat dugaan kami”
terlihat si kumis berusaha menenangkan ku.

“Baik sebelumnya perkenalkan saya AKBP Sutrisno dan yang jangkung itu mitra saya AKBP Jumino. Kami dari Ditserse Polda Metro Jaya, saudara Marzuki, benar?”
si Kumis memperkenalkan diri
“benar pak…” jawabku segera

“Sekarang bisa ceritakan kepada kami kronologis kejadiannya”
si Jangkung berkata sambil menempatkan dirinya di depanku.

Aku menceritakan semua kejadian. Walaupun memang aku merubahnya sedikit disana – sini seperti siapa pak Widagdo, aku membuat mereka percaya bahwa aku menyangka yang naik taksi ku saat itu adalah pak Jalal sendiri. Dan dia turun di TIM Cikini tentu saja tidak dengan salto. Sampai akhirnya aku disuruh ke Apartemen Mangga Dua dan hanya mendapat catatan dari resepsionis untuk menyerahkan tas tersebut sebuah kantor Akuntan Publik ternama. Hal itu aku lakukan saat teringat kartu nama yang Intan berikan kepada ku. Aku yakin pihak kepolisian pasti akan segan berurusan dengan sebuah perusahaan Multi Internasional.

Si jangkung mengangguk – angguk mendengar dongeng ku sambil mencatat di buku notes kecil . tidak beda yang dilakukan si kumis.

“saudara masih menyimpan catatan yang diberikan oleh resepsionis Apartemen Mangga Dua?” Tanya si Jangkung.

“ya pak isinya Cuma uang terima kasih sama kertas kecil alamat kemana saya harus drop tas itu. Uangnya sih masih ada.. eh udah abis pak buat nambahin bayar kos. Kalau catatannya… rasanya saya buang di tempat sampah depan kantor Akuntan Publik itu deh” .

“kenapa pak?”
tanyaku dengan mencoba menampilkan wajah tidak bersalah.
“oh ya sudah. Jadi tas itu saudara tinggalkan di KAP Smith & Partner?”
si Kumis mencoba menegaskan jawabanku tadi
“betul pak…” jawabku lagi.

“Menurut saudara, kira – kira isi tas itu apa?” Tanya si kumis.
“waduh pak, saya nggak berani nebak, tapi kayanya sih isi dokumen kerja deh soalnya bentuknya kan tas kantor gitu pak, yang kaku itu loh”
Sekali lagi Aku berusaha mencoba polos, moga – moga saja mereka kemakan sama acting amatiran ku ini.

Kemudian si kumis memanggil si jangkung. Mereka berdiskusi di pojok ruangan sepertinya mencoba menyamakan catatan dan persepsi mereka. Aku memberanikan diri untuk bertanya kepada mereka

“bagaimana pak? Sudah selesai? Kalau sudah saya mesti narik lagi nih, maklum pak hidup dari setoran…”.

“Oh ya sudah, terima kasih banyak, selamat siang…”
aku segera berdiri dan menuju pintu. Sesampainya di pintu aku mencoba bertanya kepada mereka berdua

”pak, Bapak – bapak ini dari Ditserse kan?”
“iya memang kenapa…” Tanya si kumis menyelidik
“ada saudara kamu disana?” lanjutnya.
“Nggak pak cuman mau nanya kalau saya mau buat surat rahasia yang bisa baca Cuma yang berhak bagaimana ya pak?”

”kenapa kamu punya selingkuhan ya” Tanya si jangkung sambil tersenyum

“ah si Bapak bisa aja, nggak, saya mau nulis surat kepacar saya. Nah bapaknya nggak setuju nih. Jadi surat saya selalu kandas… ada usul nggak pak”

“ha..ha..ha..” mereka berdua tertawa lepas.
“gampang itu, bikin aja surat pakai kode yang Cuma pacar kamu yang tahu, seperti saat – saat kalian jalan bareng, nah ada apa dari situ yang bisa di jadiin kode… ada – ada saja kamu ini”

“iya deh pak terima kasih banyak ya pak”
sahut ku sambil membuka pintu. Sekilas saya dengar mereka bicara

“kayanya cukup deh. Kita bikin laporan aja Case closed nih”.

Aku segera ke ruangan bu Merry. Disana ada pak Frans. Begitu aku masuk bu Merry langsung bertanya
”bagaimana Zuk, ada masalah…?” Tanya bu Merry menyelidik

“nggak bu, semuanya beres. Oh ya kalau sudah tidak dibutuhkan lagi saya izin mau narik lagi bu, pak?!” aku mohon izin untuk segera pergi,

“oh ya silahkan… hati – hati ya..”
sahut bu Merry. Saya segera memutar badan menuju pintu. Kembali aku menengok ke mereka
“pak Frans, Bu Merry terima kasih atas dukungannya” ujar ku

“ya sudah sana narik lagi…”
usir bu Merry sambil tersenyum demikian juga pak Frans.

Aku Segera berlari untuk kembali ke Apartemen nya Intan. Aku punya ide untuk memecahkan kode tersebut.


BERSAMBUNG KE BAG 8...

===========================================================================

PEDULI AMAT DENGAN POLITIK
TANPA MELIHAT PERBEDAAN
HANYA SATU TUJUAN...
...............................
BERJUANG BERSAMA
MENUJU KEJAYAAN NUSANTARA...!!!


zbarata
http://www.erepublik.com/en/citizen/profile/6226402


SELAMAT BERJUANG PARA SATRIA eINDONESIA
KEJAYAAN ADALAH HAK KITA

Takut nggak sempet karena sering nggak OL saat ini:
Untuk semua rekan - rekan Citizen eIndonesia maupun eWorld
Baik di Independent, di TNeI Div Capung
Para rekan dan sahabat
baik yang sudah kenal, akan kenal maupun belum kenal

SELAMAT HARI RAYA IEDUL FITRI 1433
MINAL AIDIN WAL FAIDZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
BAIK YANG DISENGAJA MAUPUN TIDAK
BAIK YANG SUDAH DI LAKUKAN MAUPUN YANG DIRENCANAKAN

===================================

SPECIAL THANKS...

Kepada SELURUH Jajaran Pengurus INDEPENDENT yang telah meluangkan waktu RL nya untuk memajukan INDEPENDENT

Especially kepada Om Hiilmi(PP INDEPENDENT Periode Juli - Agustus 2012)
Next Move Running to CP ya Oom...

HAIL INDEPENDENT
HAIL eINDONESIA
VIVA NUSANTARA