Presidenku Tersayang, Apakabarnya Kaw Disana?

Day 1,607, 15:17 Published in Indonesia Indonesia by Revip

Alkisah di negeri awan, hiduplah seorang manusia, sebut saja dia Otong.
Dia orang yang ramah, senang berinteraksi, dan juga baik hatinya.
Otong adalah seorang politikus, dimana dia bernauang disebuah partai terbesar di negeri awan.
Tiba masa bagi Otong untuk memenuhi panggilan hidup sebagai politikus, yakni mencalonkan diri menjadi kepala negara.
Berbagai manuver politik dilakukan Otong, kampanye dia lakukan dengan bersemangat. Media negeri awan dia penuhi dengan artikel-artikelnya.
Manuver-manuver politik Otong ternyata sukses, dia terpilih menjadi presiden negeri awan.

Rakyat ketika itu berpesta, maklumlah, sebelum Otong terpilih, sempat muncul kekhawatiran saingan Otong yakni si Ujang yang terpilih menjadi pemimpin mereka. Maklumlah, kala itu si Ujang mengaku jujur, dia sebenarnya tak serius dalam mencalonkan diri. Meski hingga last minute Ujang memimpin perolehan suara, KPU kala itu bertindak bijak, suara Ujang mereka potong, akhirnya naiklah si Otong menjadi pemimpin negeri awan.

Ya, kala itu hampir semua berbahagia. Rakyat menaruh banyak asa kepada Otong. Pujian, nyanyian, dan harapan ditaruh dipundak si Otong.

Namun..
Pelan tapi pasti, kegembiraan rakyat mulai berganti menjadi kekecewaan. Otong yang digadang-gadang menjadi Sang Messiah ternyata mengingkari harapan rakyat.
Harapan rakyat memang tak begitu muluk, mereka hanya ingin berinteraksi dengan pemimpinnya. Namun apa mau dikata, pemimpin mereka ternyata lebih senang diam seribu bahasa.

Usut punya usut, ternyata Otong sekarang lagi galau.
Dia galau jadi presiden, entah apa alasannya, tapi itu sempat dikutip didalam pernyataannya di koran Istana Negara.

"Bebannya berat bro, rasanya gimana gitu chat di room publik"
Ucap Otong kala itu

Pernyataan itu tentu semakin melukai hati rakyat,
Bahkan seorang rakyat sampai mengutarakan kekecewaannya dengan berkata,

"ooo,, sudah jadi eksekutif,.. g mau lagi merakyat... lebih memilih chat dengan orang2 tertentu saja..."

Ya, mungkin komentar tersebut dapat mewakili jeritan hati rakyat lainnya.
Dimana komentar Otong tersebut menyiratkan bahwa dia tak mau lagi berinteraksi dengan orang yang berbeda kasta.
Mungkin Otong lupa, dia tak akan dapat naik menjadi pemimpin, jika tak ada dukungan dan suara dari rakyatnya.

Kekecewaan rakyat Negeri Awan tak hanya sampai disitu saja. Alih-alih hanya tak mau mengobrol langsung dengan rakyat, ternyata si Otong berbuat ulah lainnya.
Terhitung semenjak terpilihnya ia menjadi presiden, baru 2 kali dia menerbitkan artikel kepresidenan. Itupun sudah termasuk dengan artikel pengumuman kabinet.

Tapi untunglah rakyat masih baik kepadanya. Media-media Negeri Awan tak menyoroti tindak-tanduknya. Kekecewaan hanyalah dipendam didalam sanubari masing-masing.

Tapi siapa yang berani bertaruh keadaan akan tetap sama jika Otong terus menerus begini?
Rakyat Negeri Awan mempunyai wakil-wakil di jajaran legislatif. Dan secara kebetulan para anggota legislatif itu mempunyai tombol yang bernama Impeach. Sebuah tombol yang dapat menjatuhkan Otong dari awan tertinggi menghantam bumi.

Namun rakyat memamng terlalu baik, mereka masih memiliki rasa simpatik kepada Otong. Dalam sebuah kesempatan mereka berdemo tertib ke Istana.
Bukan dengki yang mereka bawa, bukan juga amarah yang mereka rasa.
Mereka malah bernyanyi iba ...

Dear Mr. President,
Come take a walk with me.
Let's pretend we're just two people and
You're not better than me.
I'd like to ask you some questions if we can speak honestly.

What do you feel when you see all the homeless on the street?
Who do you pray for at night before you go to sleep?
What do you feel when you look in the mirror?
Are you proud?

How do you sleep while the rest of us cry?
How do you dream when a mother has no chance to say goodbye?
How do you walk with your head held high?
Can you even look me in the eye
And tell me why?

Dear Mr. President,
Were you a lonely boy?
Are you a lonely boy?
Are you a lonely boy?
How can you say
No child is left behind?
We're not dumb and we're not blind.
They're all sitting in your cells
While you pave the road to hell.

What kind of father would take his own daughter's rights away?
And what kind of father might hate his own daughter if she were gay?
I can only imagine what the first lady has to say
You've come a long way from whiskey and cocaine.

How do you sleep while the rest of us cry?
How do you dream when a mother has no chance to say goodbye?
How do you walk with your head held high?
Can you even look me in the eye?

Let me tell you 'bout hard work
Minimum wage with a baby on the way
Let me tell you 'bout hard work
Rebuilding your house after the bombs took them away
Let me tell you 'bout hard work
Building a bed out of a cardboard box
Let me tell you 'bout hard work
Hard work
Hard work
You don't know nothing 'bout hard work
Hard work
Hard work
Oh

How do you sleep at night?
How do you walk with your head held high?
Dear Mr. President,
You'd never take a walk with me.
Would you?


Bagi yang ingin mendengarkan lagu rakyat tersebut, dapat masuk kesini

Presiden Otong tersayang,
Kesampingkanlah gengsimu..
Berjalanlah bersama kami,
Ceritakan masalahmu...
Atau memang kaw terlalu malu untuk menyetarakan diri dengan kami, si hina ini?