Jujur Saya Pengen Nanya Nih (2)
real.yout
Terima kasih buat jawaban dan pendapat di postingan sebelumnya.
Saya mendapat banyak masukan dan pernyataan yang cukup baik argumennya.
Jadi langsung ke pokok pembahasan saja ya.
Kalau Anda cermati, sebelumnya saya coba mengangkat dua tema yang seringkali tidak tersentuh oleh media secara mendalam.
1) Populasi sesungguhnya warga e-Indonesia.
2) Kedaulatan e-Indonesia.
Dua topik ini sebenarnya lebih mudah untuk dibahas secara terpisah. Namun, saya mengambil inisiatif untuk menggabungkan keduanya dan mengemasnya dalam sebuah artikel bernuansa tanya pendapat.
1) Berapa Sapi di e-Indonesia?
Tidak banyak yang tahu bahwa kekuatan perang sebuah negara tidak hanya bergantung pada total populasi warganya, namun juga pada rata-rata kekuatan dan kemampuan individual.
Jadi, kalau ada 1000 warga yang memiliki bendera merah-putih di dadanya, bukan berarti negara itu akan lebih siap perang dibandingkan yang populasinya hanya 400 misalnya.
Justru, faktor kualitas pemainlah yang sangat menentukan. Di saat terjadi perang, warga yang mumpuni lah yang akan membawa manfaat yang signifikan bagi e-negara.
Bagaimana dengan yang masih nubi atau low-skilled dan lemah?
Bukannya tidak penting. Semua punya sumbangsihnya masing-masing dalam hidup bernegara.
Tapi dalam konteks perang maka tidak semuanya bisa memberikan sumbangan yang berarti.
Tambah lagi, sebagian besar sapi yang beredar di pasaran kemungkinan levelnya tidak tinggi alias tidak terlalu signifikan dalam peperangan.
Jadi, kalau e-Indo yang notabene salah satu e-bangsa berpenduduk terbesar di e-world tapi kewalahan dalam berbagai perang, kira-kira alasannya apa ya? Jangan-jangan...
😁
Nah, asumsikan 90 persen populasi suatu e-bangsa adalah warga nyata alias pemain benaran alias non-sapi. Maka, dalam kondisi maksimal, 90 persen populasi akan siap untuk bertarung bila sewaktu-waktu terjadi perang.
Asumsikan sisanya adalah sapi. Maka, dibutuhkan waktu, teknologi dan usaha tambahan untuk memenangkan perang menggunakan akun-akun tersebut.
Itu kalau 90 persen warganya pemain beneran ya. Bagaimana kalau 80 persen? 70? 60?
Bagaimana kalau hanya 50 atau bahkan kurang?
Di sini penting sekali mengetahui proporsi jenis pemain dalam skala nasional. Dari sanalah kita baru bisa membuat perencanaan yang matang dalam teknis war.
2) Kedaulatan e-Indonesia.
Nah, sekarang kita masuk ke topik yang sedikit lebih berat ya.
Pertanyaan saya mengenai sampai kapan kita "dijajah" e-Polandia dan e-MKD sebenarnya cukup beralasan.
Secara legal, tanah-tanah yang ada di bawah pengaruh mereka saat ini adalah tanah mereka. Bukti legalnya ya peta erepublik saat ini.
Jadi, terlepas dari hubungan kita dengan mereka atau alasan bilateral adanya TW dan semacamnya, tetap saja daerah-daerah itu praktis tidak kita kuasai.
Alias, bukan area kedaulatan kita. Bukan milik e-Indonesia. Untuk saat ini.
Menjadikan TW sebagai pembenaran bagi mereka untuk menduduki tanah kita juga saya rasa bukan argumentasi yang kuat. Sejak kapan training war bisa jadi alasan untuk segelintir orang "menjual" apa yang menjadi hak warga kita?
Saya tekankan sekali lagi: HAK KITA.
Banyak wirausaha yang punya perusahaan di tanah-tanah tersebut. Mau ngomong soal TW? Coba tanyakan dulu pendapat mereka.
Saya bisa garisbawahi bahwa semua TW yang sedang berlangsung saat ini sudah mulai kebablasan. Mana ada sih perjanjian yang ngga jelas kapan berakhirnya. Saya tanya deh, semua mantan dan incumbent CP e-Indo ada yang bisa menjawab ngga. Kapan berakhirnya nih penjajahan?
Kalau ngga ada yang tau kapan, ya jelas ini menjual tanah sendiri namanya.
Ngga usah ngomong kekuatan kita mampu atau ngga mengusir mereka. Mulai semuanya dari sikap yang jelas dulu. Setuju atau menolak penjajahan?
real.yout
Comments
nubi atau tidak
sapi atau tidak
kalo dipake war pasti ngedorong bar walopun cuman dikit
sapi perah tuan X bisa mukul 1000 damage
kalo sapi perah itu ga ada? atau ga turun war? otomatis kita kehilangan potensi 1000 damage
yang kedua, waduh ngmgin hak, btw ini game perang, kapan berakhirnya penjajahan? the answer is kalo gamenya tutup.
kira2 klo kita War beneran turun gak, sapi perah tuan X yg bisa bisa mukul 1000 damage. 50:50
yes, intinya klo turun rejeki buat kita, kalo ngga yaudah hehe.
Bener gan.
Saya ngga bilang sapi itu ngga ada gunanya. Yang saya bahas di sini adalah jumlah real warga dan kesiapan perangnya.
Prinsipnya, punya 50 warga asli jauh lebih baik dibandingkan 50 sapi perah.
Koran ini bukan bilang jangan punya sapi. Justru karena ada sapi-lah, kita perlu cermat sebenarnya berapa dan siapa yang non-sapi.
Manfaatnya banyak Gan, bukan cuma statistik kok.
Joss isi artikel ini... pak Presiden yg sekarang wajib baca ini, dan tentunya pasti udah tau. maaf jangan sampai gak baca dan pahami isi artikel ini ya pak Presiden.
Thanks Mate 🙂
Lemesin say
apanya yg lemes om
Dah lemes nih
Ku tunggu di seminar militer jumat malam nanti ya kak
https://www.erepublik.com/en/article/-moe-seminar-militer-2687012/1/20
Link forum ada di dalam artikel
Noted Che. Kalau tidak berhalangan RL saya usahakan hadir 🙂
Ok.. ditunggu 😉
Coba memahami inti dari artikel ini,
1. Yok kita list atau data sebenernya siapa dan berapa sih e-pop Indonesia yang sesungguhnya bisa dipakai ?
Ini agak complicated, disamping para sapi ada juga diaspora yang sedang melanglangbuana.
2. Nah klo udah kedata, kekumpul dll. baru bisa dilihat/diputuskan mau ngapain
1. Coba dibalik metodenya gan. Berapa sih jumlah warga real. Ya sisanya pasti kalau ngga Moo, dead citizen ataupun diaspora. Ini ngga ada hubungannya dengan nationality di RL loh ya.
kayaknya dead citizen/permanent banned udah ga dihitung. Buktinya populasi Indonesia turun terus dari 6k an sekarang dah di 5,4k
Ada tools bagus nih, kalo mau bandingin. Gimana eIndonesia di eWorld sekarang
https://erepublik.tools/en/society/citizen-ranking
Up
Thanks Gan udh dishare 🙂
V+
Hyoudo sent me
v+
🐐 !
vish
51
v+
Comment for yous
🐐 o7
🐐 @@@
07
julioh
o7
This game is about to die. Well, its already die. So, save your time for something usefull for your elife
its time for donate? 😛
+1
C.
siap sih siap , klo kalah modal mau gmn lagi ,
inget sebelah yang pake pack bejibun ,
quote om inul_unyil "waduh ngmgin hak, btw ini game perang, kapan berakhirnya penjajahan? the answer is kalo gamenya tutup."
Comment
seperti lagunya tina toon bro...badai pasti berlalu
...Venus tapi Mr kenalnya
yees, i kinda can guess that you will write this kind of article after the last one. Pembukaan yang cukup baik di artikel sebelumnya btw, tapi sayangnya di artikel ini malah banyak yang campur aduk. Sehingga arahnya tidak terfokus seperti yang ane harapkan ada di artikel terusannya ini.
1. Kalau ente melihat seharusnya pemain aktif lebih dibanyakkan di eIndonesia, ini baru separuh benar. Karena warga yang mumpuni di erep ini per saat ini adalah para pembeli packers. Ente buta kalau ngga bisa lihat ini. 1 pemain packer reguler dapat dengan mudah mengungguli hit 10 pemain non packers di level yang sama. its hurt i know, tapi erep memang sudah game money oriented. Naif kalau hanya berpikir banyakin pemain beneran dibanding moo. Harusnya penambahan pemain aktifnya sejajar dengan penambahan pembeli packer. ini baru lebih tepat.
Di lain pihak, sebenarnya yang bisa disebut warga yang mumpuni bisa juga adalah warga2 yang jago bikin mooo. kenapa ? moo nya banyak, duitnya kuat, gerombolannya buanyak, hit dan votenya berjibun.
TIdak percaya ? lihat sejarah. eIndonesia di jaman dulu kuat salah satunya karena faktor moo juga yang dimanage dengan baik oleh para warga-warganya. Bahkan admin sering membatalkan perang penting di suatu benua karena eIndonesia kebanyakan pake moo, dan bahkan sempat membatalkan PTO (political take over) di satu negara karena terlalu banyak moo (fake account) yang digunakan team moo Indonesia. Dalam koridor ini, justru semakin banyak moo yang dengan canggih di atur dengan baik, maka semakin bagus e-negaranya. DI RL aja, juragan sapi mah jarang yang miskin.
So, perihal 90, 80, 70, 50% ini cuma pembahasan kosong. lagipula ngomong persentasi berdasar dari angka apa ?
50% dari 1000 jelas lebih banyak daripada 90% dari 100.
2. Soal ada yang "menjual"negara, ane ngga paham arahnya. apa memang presiden2 kita dan segelintir orang dapat duit pribadi dari membiarkan asing TW di tempat kita ? this is a heavy accusation tanpa dasar data.
Dan ane rasa TW bukan pembenaran, melainkan memang benar kita ngga kuat apa apa selain TW. kenapa ? ya lihat lagi poin 1.
3. ente juga menyinggung soal pengusaha-pengusaha di tanah tempat TW. ini poin bagus dan jangan dibikin menggantung jadi cuma pertanyaan, coba bikin polling yang benar. apa benar mereka merasa kesulitan ? berapa banyak ? apa cukup jumlahnya mewakili sebagian besar rakyat eIndonesia ? atau segelintir saja ?
Soal TW kebablasan, ini saya setuju. sebuah perjanjian harus ada koridor dan batasan-batasannya. karena kalau tanpa itu, ya namanya pemaksaan atau keterpaksaan. poin ini yang tepat bicara soal kedaulatan. dan jelas semua pada hakikatnya menolak penjajahan dan pemaksaan. Sehingga harus diambil langkah2 strategis untuk membuat perjanjian yang jelas. silakan pemerintah dan cong bergerak.
me to om ScimitarInd
Terima kasih Om buat masukannya.
1. Packers tidak saya masukkan dalam diskusi karena lebih sulit mendeteksinya.
Terkait persentase warga real non-sapi, memang perlu dikalkulasi secara detil. Namun sebagai gambaran umum, persentase tersebut menggambarkan kondisi kesiapan e-publik terhadap gencaran lawan dalam kondisi terburuk (misalkan seluruh sapi tiba-tiba permanently banned atau tidak sempat digunakan).
Tentu saja dalam e-war, kita tidak bisa hanya membandingkan jumlah penduduk dua e-negara karena ada sekutu-sekutu yang siap membantu setiap saat.
2. "Kalau ngga ada yang tau kapan, ya jelas ini menjual tanah sendiri namanya."
Pernyataan di atas tidak menuduh, justru memperjelas posisi kita saat ini bagaimana?
Sebagai CP atau Cong, harusnya ada yang tahu sampai kapan TW-nya.
TW tanpa batas waktu = memperdagangkan e-bangsa sendiri.
Kenapa? Karena ...
3. Semua e-warga berhak mendapatkan kepastian dalam hal-hal mendasar. Misalkan, kepastian berbisnis. Kalau lokasinya tidak jelas kapan kembali ke tangan kita, bagaimana bisa ada hitung-hitungan bisnis yang sehat?
Sekian. Terima kasih kembali atas tanggapan dan masukannya.
VarokahPNeI?!
Is this a proposal? 🙂
Vote = Vote + 1
Vote = 35
IMOO (In my Old Opinion) :
Multi Account a.k.a Sapi is ok untuk dimainkan.
Dalam game ini(IMHO) the real person yaitu Anda yang baca tulisamn ini dan Saya yang menulis tulisan ini adalah Dalang of our Avatars a.k.a our Puppets.
We Are the Master of Puppets, is goods as far we manage our puppets in fairness. Don't let your puppets die caused you don't care anymoret or you only suck heir milk, however is oke doky to let them die under your purpose under your scenario.
It is not easy being a Master of Puppets, as long as I go this far, I did already made numbers of puppets but right now I only playing 2 Avatar : Panca and .... tiiiiitssss (censored 🙂 ) ... I do enjoyed playing with these character.
Did you realised that Master of Puppets in Indonesia (Dalang), they can playing more than twenties puppets in one scenario/night , amazing.
Anyway I'll give a Gift Packet to whom who Know who is my second Avatar ....
Yang pasti bukan Avatar Aang 😁
Nanya apa nuduh nih?
Kalaupun ada kesan "tuduhan" semuanya ada alasan yg jelas, bukan asal tuding kk 🙂